Jumat, 29 Mei 2009

LAA TAHZAN



La Tahzan : Inspiratif dan Solutif
Sepercik dari Kandungan Buku La Tahzan
Oleh Samson Rahman

La Tahzan (لاتحزن) adalah sebuah buku self help atau buku how too pertama yang ditulis dan diterima masyarakat muslim secara demikian menggugah, penuh inspirasi dan solusi. Ditulis dengan gaya penulisan new-klasik oleh seorang ahli hadits yang hafal Al-Quran tiga puluh juz, hafal 5000 hadits dan 1000 syair klasik maupun modern. Aid Al-Qarni, penulis buku ini adalah seorang penceramah dengan latar belakang akademis yang sangat bagus. Dia seorang doktor dalam bidang ilmu hadits dari Universitas Imam Ibnu Saud, Saudi Arabia.
Sejak buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2001 oleh Penerbit Ibnu Hazm Beirut, selama dua tahun menjadi buku best seller yang tak terkalahkan. Buku ini telah terjual lebih dari sejuta eksemplar sejak diterbitkannya di Timur Tengah. Dan telah diterbitkan ke dalam berbagai bahasa, diantaranya ke dalam bahasa Inggris dengan judul Don’t be Sad.
Untuk kasus Indonesia, buku La Tahzan tak kalah serunya dalam menyerap pembeli dan sekaligus pembaca. Sejak diterbitkannya oleh Qisthi Press pada bulan September 2003 dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama La Tahzan buku ini juga menjadi buku paling laris dan telah dicetak ulang lebih dari tiga puluh sembilan kali. Bahkan bukan itu saja, buku ini telah dicetak oleh berbagai penerbit setelah muncul terbitannya oleh Qisthi Press dan setelah penerbit lain tahu bahwa buku ini telah melumat-lumat emosi dan gairah motivasi publik pembacanya. Sampai saat ini minimal yang saya ketahui ada empat penerbit lain yang menerbitkan buku yang sama: IBS Bandung, Maghfirah Pustaka Jakarta, At-Tibyan Solo, Sahara Jakarta. Sebuah persaingan yang sebenarnya kurang “enerjik” dalam penyajian buku kepada publik.
Buku ini berhasil menggugah dan mendapat respon besar karena telah berhasil memformat beberapa sari pati dari berbagai pandangan penulis yang dia gabung dalam satu buku dan menjelma menjadi karya tulisnya sendiri. Penulusuran yang mampu saya lakukan untuk mencari akar dari mana Al-Qarni mengambil inpirasi tulisan-tulisannya, ternyata saya dapatkan dari buku-buku berpengaruh di zamannya. Buku yang menjadi ilham bentuk penulisan Al-Qarni yang dalam pandangan saya amat mewarnai tulisannya dalam buku La Tahzan ini adalah buku Shaidul Khathir yang ditulis oleh Ibnul Jauzi dan buku Al-Faraj Ba’da Syiddah karya At-Tanukhi, untuk karya ulama klasik. Sementara buku modern yang sangat mewarnai dan menjadi inspirasi utama tulisan-tulisannya dalam buku ini adalah buku seorang penulis dan trainer terkemuka Amerika, Dale Carnegie yang berjudul How to Stop Worrying and Start Living. Tiga buku inilah yang sangat dominan mewarnai buku La Tahzan ini.
Karakter buku La Tahzan tidak dilahirkan untuk sebuah pelatihan sebagaimana buku Dale Carnegie, yang harus runut membacanya dari awal baru kemudian pindah pada bab selanjutnya, layaknya buku-buku pelatihan pada umumnya. La Tahzan ditulis dengan cara yang sangat simple, mudah dibaca, gampang dicerna dan dipahami oleh lapis masyarakat pembaca manapun. Tua-muda, terpelajar, mahasiswa, anak anak muda atau orang biasa. Laki atau perempuan. Tulisan-tulisan yang ada di dalamnya kebanyakan berupa artikel pendek, bahkan beberapa tulisannya yang sangat pendek. Namun karakter inilah yang kemudian membuat buku ini menjadi “berbeda”, spesifik dan pionir. La Tahzan mengajak pembacanya untuk tidak mesti membacanya dari awal baru kemudian pindah ke halaman berikutnya untuk bisa mengerti buku ini secara seksama. Tidak demikian. Pembacanya disuguhi “menu-menu swalayan” yang bisa diambil dan dibuka dimana saja dari tulisan-tulisan yang ada itu. Ini menjadi sebuah fenomena menarik karena pembaca akan senantiasa enjoy dan nikmat tanpa harus didoktrin untuk membaca sejak awal. Buka halaman mana saja dan Anda, para pembaca. akan disuguhi menu segar-inspirasi dan solusi.
Lalu apa sebenarnya yang membuat isi buku La Tahzan ini menjadi menarik. Menurut saya, sebagaimana disebutkan Al-Qarni, buku ini menjadi menarik karena ia dihadirkan untuk mencari kebahagiaan, melahirkan ketenangan, menyuguhkan kelapangan hati, membuka pintu-pintu optimisme, menyingkirkan kegundahan dan kesulitan serta membangun masa depan dengan kerja optimal di hari ini. Ya, hari ini. Buku ini berusaha untuk mengetuk pintu hati untuk senantiasa ingat rahmat dan ampunan Allah, menumbuhkan sifat-sifat baik di dalam jiwa, dan menyingkirkan sifat-sifat yang merusak kebahagiaan manusia.
Buku ini menjadi menarik karena didasari dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah yang selaras dengan tema bahasan, penuh tamsil yang indah, kisah-kisah yang syarat ibrah serta syair-syair yang kuat bernilai. Selain itu buku ini mengandung kutipan dari para sastrawan, para bijak bestari dari semua lapis zaman yang kemudian diramu indah oleh Al-Qarni. Ada cuplikan-cuplikan dari pengalaman beberapa orang yang menemukan kebahagiaan setelah mereka mampu bersikap positif dan hunuzh zhan dalam kehidupan ini.
Menariknya, kutipan itu bukan hanya dari kalangan muslim, namun juga dari kalangan non-muslim.
Buku ini adalah “ramuan” renyah tentang kimia kebahagiaan yang dihadirkan dengan cara paling sederhana, gampang dimengerti dan mudah dipraktekkan. Ramuan-ramuan dalam buku ini akan mengubah sikap kita tentang bagaimana mencapai dan menggapai bahagia melalui konsep-konsep Al-Quran, pandangan-pandangan Nabi, doa-doa yang mesti dipanjatkan.
Buku ini akan mengubah sikap kita akan makna bahagia yang selama ini mungkin salah dimengerti oleh sekian banyak orang. Yakni bahwa bahagia itu bisa didapat hanya melalui limpahan harta, bangunan megah dan tahta. Atau hanya dengan cara mengasingkan diri, tidak peduli pada dunia, anti-sosial dan asketisme. Kebahagiaan itu tidak akan ditemukan dari salah satunya, namun dia bisa didapatkan melalui keduanya dengan senantiasa mengendalikan kehidupan dunia untuk kepentingan akhirat. Menjadikan dunia sebagai sarana ibadah dan akhirat sebagai tempat tujuan.
La Tahzan akan mengikis kesedihan kita karena kita sadar bahwa sedih bukanlah solusi dalam hidup ini. Tak ada yang bisa diperoleh dari kesedihan selain merusak sikap mental kita, melemahkan spirit kerja kita, menjadikan kita menoleh ke masa lalu , lupa bekerja untuk hari ini dan menghambat kecemerlangan hari esok. Dalam sedih yang berlarut-larut juga akan membunuh potensi kreatif kita, mematikan enerji inovatif kita.
Bagi yang tidak ingin berlama-lama dan ingin membaca dengan instans isi dan kesimpulan maka bagian terakhir dari buku ini sangat membantu untuk mendongkrak semangat pencarian kita terhadap kebahagiaan hakiki. Bagian akhir yang merupakan kesimpulan dari buku ini memberikan wejangan-wejangan singkat, penuh nash dan sarat makna. Selamat mencoba.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda