Kamis, 04 Juni 2009

kuat cerdas dan berdaya


Ketika Thalut yang tidak berharta dibursakan oleh Allah untuk menjadi raja dan panglima perang di tengah Bani Israil melalui berita yang dibawa nabi-Nyaberbagai protes datang berhamburan. Mereka protes bahwa pembursaan yang sedang diwacanakan oleh nabi mereka adalah sebuah tindakan yang tidak realistis dan bahkan cenderung mengabaikan kondisi riil yang ada di tengah mereka. Mereka menganggap bursa pimpinan yang sedang dimunculkan itu adalah sebagai taktik para Nabi mereka agar pemilik modal dan terpandang disingkirkan secara halus dan dipinggirkan dengan membawa-bawa wahyu Allah. Simaklah bagaimana mereka melakukan protes itu yang diabadikan Al-Quran : Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah : 246-247).
Logika Bani Israil berbeda dengan logika Allah dalam hal pengangkatan raja dan panglima perang di tengah mereka. Bani Israel melihat bahwa yang pantas menjadi mereka adalah seorang yang memiliki jalur darah raja dan memiliki kekayaan yang cukup. Sementara dalam pandangan Allah yang pantas menjadi raja dan panglima perang bagi bangsa Israel yang “bandel” adalah sosok yang kuat, tegar berani, tringginas, tidak suka mengeluh, cekatan dan tentu saja tidak cengeng dalam menghadapi kehidupan yang akan sangat berat. Seorang raja dan panglima yang akan meminpin sebuah bangsa adalah seorang yang memiliki otak cemerlang, memiliki pandangan ke depan dan visionir, kreatif, inovatif dan tentu saja sosok yang istiqamah. Seorang raja dengan beban yang sangat berat, dengan masalah yang bejibun memerlukan syaraf baja, otak encer, hati jernih dan mata awas untuk melihat secara terus menerus perkembangan yang terjadi di sekitar dan di sekelilingnya. Adalah sebuah ketidakpantasan jika sebuah bangsa dikendalikan oleh seorang sosok lembek, telat mikir, peragu, mencla mencle, plin plan, dan maju mundur dalam pengambilan keputusan yang sangat strategis. Adalah kekurang cerdasan jika sebuah bangsa dikomandani oleh sosok penakut dan pengecut dalam meminpin bangsanya. Thalut yang kuat, cerdas dan visionir serta tegas sangat pantas menjadi orang nomer satu untuk sebuah bangsa yang sering membangkang, sering membandel dan menutup mata pada kebenaran. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memilih Thalut menjadi raja dengan dua kriteria yang sangat khusus : ilmu luas dan tubuh yang perkasa. Ilmu luas sebagai pembuka cakrawala wawasan-visi dan strategis dan tubuh yang perkasa akan menjadikannya mampu melakukan mobilitas yang sangat cepat dalam menghadapi sekian banyak masalah yang akan dia hadapi.
Untuk seorang peminpin yang baik dan ideal ilmu merupakan syarat utama dalam mengarahkan bangsanya untuk menuju sebuah bangsa yang makmur-sejahtera. Dengan ilmu dia akan sangat fakih dalam memberikan jalan keluar bagi masalah pelik yang dihadapi bangsanya. Dengan ilmu dia akan mampu memberikan penerangan-penerangan di tengah gulita kebodohan yang dihadapi oleh rakyatnya. Tanpa ilmu dari seorang peminpin maka sebuah bangsa akan digiring pada tepian-tepian kehancuran yang selalu menganga. Tanpa ilmu seorang peminpin, sebuah bangsa akan meluncur ke lubang-lubang kebinasaan yang siap menelan siapa saja yang tidak tahu arah mana yang harus dijalaninya dalam kehidupan ini. Tanpa ilmu seorang peminpin maka sebuah bangsa akan berjalan di tempat atau bahkan mundur bertubi-tubi ke belakang. Inilah logika Allah dalam menentukan dan memilih seorang raja dan peminpin sebuah bangsa : Kuat-cerdas dan berdaya.
Masa depan kita tentu saja sangat banyak tergantung pada sikap dan cara melihat dan memperlakukan dunia ini. Tergantung cara dan sikap kita memberdayakan potensi yang Allah karuniakan kepada kita. Tergantung pada sikap kita dalam memberdayakan semesta yang Allah bentangkan untuk kita dan Allah siapkan untuk kita agar kita berdayakan dengan sebaik-baiknya. Tanda-tanda kebesaran Allah yang ada dalam diri kita hendaknya kita gali dan ledakkan potensinya ke ruang wujud yang mampu memberikan mamfaat bagi kita, orang lain dan seluruh penghuni semesta. Manusia yang mampu meledakkan energi keimanan yang ada dalam dirinya akan mampu menggenggam semesta ini dengan damai menentramkan setiap manusia.
Kita semua berhak dan bahkan wajib untuk senantiasa menempa diri agar menjadi seorang yang kuat dalam mengemban amanah, kuat dalam berpikir, kuat dalam menanggung tanggung jawab, kuat dalam visi semangat dalam menebarkan misi dan tak kenal lelah untuk berdaya dan memberdayakan. Allah, menurut Rasulullah, jauh lebih senang pada sosok mukmin kuat dan memandangnya jauh lebih baik daripada seorang mukmin yang loyo dan cepat lelah memikul beban hidup ini. Dunia ini hanya pantas dipimpin orang seorang peminpin yang kuat dari segala sisinya. Iman kuat, fisik kuat-kuat pikiran.
Tidak ada tempat bagi orang-orang lembek untuk mengendalikan dunia dengan roda perputarannya yang sangat cepat, dengan masalahnya yang menggunung, dengan kerumitan yang laksana benang kusut. Kembali saya tegaskan bahwa dunia ini hanya pantas dan rela dipimpin oleh sosok kuat-cerdas dan berdaya.

Senin, 01 Juni 2009

Laa Tansa : Jangan Lupa

Jangan Lupa : Tancapkan Laa Ilaaha Illaa Allah di Relung Terdalam Jiwa Kita
Laa Ilaaha Illaa Allah…Tiada Tuhan selain Allah.
Kalimat yang senantiasa meluncur dari mulut para Nabi, dari mulut para Rasul, shiddiqin, muqarrabin, syuhada’ dan orang-orang saleh. Kalimat yang sering menjadi penghias bibir orang-orang yang senantiasa dekat dengan Allah Tuhan semesta langit dan bumi.
Laa Ilaaha Illaa Allah…Tiada Tuhan selain Allah. Sebuah deklarasi paling sakral, paling kudus dan utama yang membebaskan manusia dari cenkeraman bendawi, dari kungkungan diri, dari jeratan nafsu, dari jebakan kejahatan-kejahatan bisikan kotor syetan.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Sebuah penafian bahwa tiada yang pantas disembah selain Allah. Tiada yang pantas dipuja selain Allah. Tiada yang pantas disuyukuri selain Allah. Tiada yang pantas diminta pertolongan dan munajat selain Allah. Semua makhluk adalah fana, semua makhluk akan sirna, seluruh makhluk akan binasa. Allah-lah yang kekal abadi…Allah-lah yang memiliki kebaqa’-an yang pasti. Allah-lah yang memberikan segala nikmat yang melimpah ruah pada manusia. Allah-lah yang mengucurkan hujan dari langit, yang membuat mata air mengalir, yang membuat api bisa membakar…Allah-lah yang memberikan rizki pada setiap makhluk…Allah-lah yang menghidupkan makhluk-makhluk…Allah-lah yang mematikan seluruh makhluk..seluruh kekuasaan ada di tangan-Nya segenap kemampuan berada di tangan-Nya. Tak tersisa.

Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Tuhan semesta langit dan bumi. Tuhan yang mutlak kekuasaan-Nya, Tuhan yang tidak terbatas kemampuan-Nya..Tuhan yang tidak beranak dan tidak diperanakkan…Tuhan yang Esa dan Tunggal.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Tuhan Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Yang mencurahkan nikmat-Nya pada makhluk-Nya walau tanpa diminta…yang melimpahkan nikmat-Nya sampai pada manusia paling durjana dan durhaka. Tiada Tuhan selain Allah…Tuhan langit dan bumi…Tuhan manusia dan jin, Tuhan malaikat dan syetan…Tuhan makhluk melata dan yang terbang.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang menghiasi bibir-bibir indah para malaikat Allah..yang menghiasi bibir-bibir ranum bidadari surga. Kalimat penafian kekuasaan di tangan makhluk…penafian keabadian di sisi makhluk. Hanya Allah yang Maha Kuasa…hanya Allah Yang akan Mahaabadi…Hanya Allah Yang Maha Kudus dan Suci…Hanya Allah Yang Maha Agung dan Maha Besar…Hanya Allah Yang Maha Indah…Hanya Allah Yang Maha Pemurah…Hanya Allah Yang Maha Tunggal…Hanya Allah Yang Maha Mutlak…Selain Allah semuanya nisbi..serba terbatas.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang merasuk demikian dalam pada jiwa para Nabi…dalam jantung para wali. Kalimat yang menggetarkan jiwa mereka…meluluhkan kesombongan mereka…menghancurkan keangkuhan mereka. Kalimat yang menuntun mereka untuk senantiasa mampu tahu diri..sadar diri. Kalimat yang menggairahkan ruhani mereka, kalimat yang menyegarkan nafas kehambaan mereka, kalimat yang melejitkan enerji ketakwaan mereka, kalimat yang mengobarkan semangat mereka. Kalimat yang menggejolakkan nurani mereka. Terbakar luruh di depan keagungan-Nya.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang menghiasi dinding-dinding nurani orang-orang bertakwa dalam semua gerak dan langkah dalam semua tingkah perilaku mereka. Kalimat yang memancarkan amal-amal saleh mereka yang menghiasai langit dan bumi.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Adalah panji yang dipancangkan para Nabi yang dikibarkan para Rasul dengan semangat pengabdian pada Allah Tuhan yang pantas disembah..Tuhan yang pantas dipuja. Ia adalah panji yang membedakan antara kekufuran dan keimanan antara kebenaran dan kebatilan antara benderang dan kegelapan. Antara hidayah dan kesesatan.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang mendorong Nabi berjuang tiada henti menyampaikan pesan-pesan Ilahi. Menebarkan kasih, menyuburkan derma, menumbuhkan keadilan di pelosok bumi.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang memberangus ketidakadilan, menghempaskan kelaliman, menenggelamkan angkara murka dari muka bumi. Kalimat yang membuat mulut Fir’aun menjadi tersumbat, mulut Namrudz menjadi tercekat. Mulut Haman tak mampu bernafas.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang membuat Asiah menjadi pemberani tanpa tanding dan kokoh bertahan walau berada di sarang Fir’aun, yang membuat Masyithah rela direndam dalam kuali panas bersama anak-anak terkasihnya yang masih ada dalam buaian. Kalimat yang menjadikan Bilal sang budak bersikap berani tiada tara berhadapan dengan para kafir Quraisy dengan menyebut Ahad…Ahad…Ahad. Kalimat yang membuat Sumayyah ibu Yassir tak gentar menghadapi kematian di depan mata. Kalimat yang melahirkan para pejuang, kalimat yang melahirkan para mujahid, kalimat yang melahirkan para salehen, shiddiqin dan muqarrabin.
Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Kalimat yang mengangkat manusia dari perbudakan antara manusia menjadi seorang hamba Tuhan semesta. Dengan Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah segala hal menjadi ringan…segala kesulitan tak terasakan. Segala problema menjadi hiburan.
Dengan Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah. Tanah Persia dibebaskan, tanah Romawi dimerdekakan dari kezhaliman-kezhaliman para penguasa kejam.
Dengan Laa Ilaaha Illaa Allah….Tiada Tuhan selain Allah manusia sepenuhnya menjadi hamba Allah Tuhan semesta alam dan tidak akan rela dijadikan sebagai budak nafsu dan syetan.
Laa Ilaaha Illaa Allah…adalah pohon yang baik yang akarnya menghunjam ke bumi dengan cabang-cabang mencakar langit yang mempersembahkan buah ranumnya setiap saat dengan idzin Tuhannya.
Laa Ilaaha Illa Allah…Allah Yang Mahatinggi, jika Anda melakukan dosa kemudian Anda meminta ampunan pada-Nya maka Dia akan mengampuni Anda. Jika Anda bersyukur pada-Nya maka Dia akan menambahkan nikmat-Nya kepada Anda. Jika Anda meminta pada-Nya maka Dia akan memberi apa yang Anda minta. Jika Anda melakukan kesalahan, maka Dia akan menutupinya.
Jika Anda kembali pada-Nya maka Dia akan menerima Anda dengan terbuka. Jika Anda bertaubat, Dia sangat senang dengan taubat Anda. Jika Anda menyebut-Nya Dia akan menyebut Anda. Jika Allah memberi ujian pada Anda itu artinya Dia sedang menyeleksi Anda. Jika Anda terkena bencana –dan Anda sabar menerima—maka Dia akan membuat Anda terhapus dari dosa.
Maka wajib bagi Anda untuk mengikhlaskan amal Anda untuk-Nya semata. Jujur dalam kesendirian Anda, senantiasa berada di gerbang ubudiyah dan berlutut di sana dengan penuh kerendahan jiwa. Hendaknya Anda senantiasa memanggil-Nya di tengah malam dan di ujung siang. Berdzikir pada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya dan mengakui segala kekurangan Anda. Akui bahwa semua nikmat berasal dari-Nya dan jagalah aturan-aturan Allah. Tunaikan semua hak-Nya, berbakti penuh kepada-Nya. Hendaknya Anda senantiasa siap berada di bawah kibaran panji-Nya, melepaskan diri dari semua hal yang membuat Allah murka. Anda harus berlepas diri dari sangkaan bahwa kekuatan dan upaya datang dari Anda, sebab itu semua berasal dari Allah. Anda harus bangga menisbatkan semua ubudiyah kepada-Nya. Cinta dan benci hanya karena-Nya. Bertawakkallah Anda kepada Allah. Serahkan semua urusan pada-Nya. Hendaknya nilai-nilai tauhid merasuk dalam diri. Pujian selalu terucap hanya pada-Nya. Menunggu dengan setia jalan keluar dari-Nya dan senantiasa berbaik sangka pada-Nya.
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Mahaesa (Al-Baqarah : 163).
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? (Shaad : 5).
Allah juga menafikan selain Tuhan yang Esa dan Tunggal :
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah (Asy-Syu’ara : 213).
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kami dikembalikan (Al-Qashash : 70).
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah (Muhammad : 19).
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa (Al-Anbiyaa’ : 22).
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan : “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa (Al-Maidah : 73).
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Asy-Syuraa : 11).
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Al-Hasyr : 22-24)Maka sejak detik ini, menit ini, saat ini, hari ini tancapkanlah Laa Ilaaha Illaa Allah…. Tiada Tuhan selain Allah di lubuk sanubari kita yang paling dalam di dinding kesadaran kita yang paling peka dan di ubun-ubun keyakinan kita yang paling lembut, pada sel terdalam otak kita.

Jumat, 29 Mei 2009

Kuat Cerdas dan Berdaya

Kuat Cerdas dan Berdaya
Oleh : Samson Rahman

Ketika Thalut yang tidak berharta dibursakan oleh Allah untuk menjadi raja dan panglima perang di tengah Bani Israil melalui berita yang dibawa nabi-Nyaberbagai protes datang berhamburan. Mereka protes bahwa pembursaan yang sedang diwacanakan oleh nabi mereka adalah sebuah tindakan yang tidak realistis dan bahkan cenderung mengabaikan kondisi riil yang ada di tengah mereka. Mereka menganggap bursa pimpinan yang sedang dimunculkan itu adalah sebagai taktik para Nabi mereka agar pemilik modal dan terpandang disingkirkan secara halus dan dipinggirkan dengan membawa-bawa wahyu Allah. Simaklah bagaimana mereka melakukan protes itu yang diabadikan Al-Quran : Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah : 246-247).

Logika Bani Israil berbeda dengan logika Allah dalam hal pengangkatan raja dan panglima perang di tengah mereka. Bani Israel melihat bahwa yang pantas menjadi mereka adalah seorang yang memiliki jalur darah raja dan memiliki kekayaan yang cukup. Sementara dalam pandangan Allah yang pantas menjadi raja dan panglima perang bagi bangsa Israel yang “bandel” adalah sosok yang kuat, tegar berani, tringginas, tidak suka mengeluh, cekatan dan tentu saja tidak cengeng dalam menghadapi kehidupan yang akan sangat berat. Seorang raja dan panglima yang akan meminpin sebuah bangsa adalah seorang yang memiliki otak cemerlang, memiliki pandangan ke depan dan visionir, kreatif, inovatif dan tentu saja sosok yang istiqamah. Seorang raja dengan beban yang sangat berat, dengan masalah yang bejibun memerlukan syaraf baja, otak encer, hati jernih dan mata awas untuk melihat secara terus menerus perkembangan yang terjadi di sekitar dan di sekelilingnya. Adalah sebuah ketidakpantasan jika sebuah bangsa dikendalikan oleh seorang sosok lembek, telat mikir, peragu, mencla mencle, plin plan, dan maju mundur dalam pengambilan keputusan yang sangat strategis. Adalah kekurang cerdasan jika sebuah bangsa dikomandani oleh sosok penakut dan pengecut dalam meminpin bangsanya. Thalut yang kuat, cerdas dan visionir serta tegas sangat pantas menjadi orang nomer satu untuk sebuah bangsa yang sering membangkang, sering membandel dan menutup mata pada kebenaran. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memilih Thalut menjadi raja dengan dua kriteria yang sangat khusus : ilmu luas dan tubuh yang perkasa. Ilmu luas sebagai pembuka cakrawala wawasan-visi dan strategis dan tubuh yang perkasa akan menjadikannya mampu melakukan mobilitas yang sangat cepat dalam menghadapi sekian banyak masalah yang akan dia hadapi.
Untuk seorang peminpin yang baik dan ideal ilmu merupakan syarat utama dalam mengarahkan bangsanya untuk menuju sebuah bangsa yang makmur-sejahtera. Dengan ilmu dia akan sangat fakih dalam memberikan jalan keluar bagi masalah pelik yang dihadapi bangsanya. Dengan ilmu dia akan mampu memberikan penerangan-penerangan di tengah gulita kebodohan yang dihadapi oleh rakyatnya. Tanpa ilmu dari seorang peminpin maka sebuah bangsa akan digiring pada tepian-tepian kehancuran yang selalu menganga. Tanpa ilmu seorang peminpin, sebuah bangsa akan meluncur ke lubang-lubang kebinasaan yang siap menelan siapa saja yang tidak tahu arah mana yang harus dijalaninya dalam kehidupan ini. Tanpa ilmu seorang peminpin maka sebuah bangsa akan berjalan di tempat atau bahkan mundur bertubi-tubi ke belakang. Inilah logika Allah dalam menentukan dan memilih seorang raja dan peminpin sebuah bangsa : Kuat-cerdas dan berdaya.
Masa depan kita tentu saja sangat banyak tergantung pada sikap dan cara melihat dan memperlakukan dunia ini. Tergantung cara dan sikap kita memberdayakan potensi yang Allah karuniakan kepada kita. Tergantung pada sikap kita dalam memberdayakan semesta yang Allah bentangkan untuk kita dan Allah siapkan untuk kita agar kita berdayakan dengan sebaik-baiknya. Tanda-tanda kebesaran Allah yang ada dalam diri kita hendaknya kita gali dan ledakkan potensinya ke ruang wujud yang mampu memberikan mamfaat bagi kita, orang lain dan seluruh penghuni semesta. Manusia yang mampu meledakkan energi keimanan yang ada dalam dirinya akan mampu menggenggam semesta ini dengan damai menentramkan setiap manusia.
Kita semua berhak dan bahkan wajib untuk senantiasa menempa diri agar menjadi seorang yang kuat dalam mengemban amanah, kuat dalam berpikir, kuat dalam menanggung tanggung jawab, kuat dalam visi semangat dalam menebarkan misi dan tak kenal lelah untuk berdaya dan memberdayakan. Allah, menurut Rasulullah, jauh lebih senang pada sosok mukmin kuat dan memandangnya jauh lebih baik daripada seorang mukmin yang loyo dan cepat lelah memikul beban hidup ini. Dunia ini hanya pantas dipimpin orang seorang peminpin yang kuat dari segala sisinya. Iman kuat, fisik kuat-kuat pikiran.
Tidak ada tempat bagi orang-orang lembek untuk mengendalikan dunia dengan roda perputarannya yang sangat cepat, dengan masalahnya yang menggunung, dengan kerumitan yang laksana benang kusut. Kembali saya tegaskan bahwa dunia ini hanya pantas dan rela dipimpin oleh sosok kuat-cerdas dan berdaya.

Dinamis tak Kenal Henti


Dinamis tak Kenal Henti
Oleh Samson Rahman

Hidup ini adalah dinamika. Bergerak dan terus bergerak. Sebab hidup itu sendiri adalah gerak. Tak bergerak berarti mati. Kehidupan membutuhkan gerakan-gerakan dinamis tanpa henti, tak kenal tempat dan waktu. Bahkan Allah dengan gamblang menyatakan pada kita bahwa Dia tidak akan pernah mengubah nasib sebuah kaum yang di dalamnya tidak ada dinamika perubahan dan tidak ada gerak perubahan yang terus menerus. Dinamika adalah sebuah kepastian dan tanpanya kehidupan menuju lubang kematian.
Dinamismelah yang menjamin sebuah keberhasilan dan statismelah yang mengakibatkan kehancuran. Dinamisme muncul dari adanya semangat tinggi untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Semangat untuk menyumbangkan pengabdian pada manusia dalam segala dimensinya. Semangat tinggi (himmah ‘aliyah) lah yang merombak cara pikir manusia dalam menyikapi kehidupan. Merombak sikap malas menjadi sikap rajin, sikap lambat menjadi sikap cepat, sikap lembek menjadi sikap penuh vitalitas, pikiran rancu menjadi jernih dan sistematis.


Dalam rentang sejarah kaum muslimin yang panjang dinamisme sikap mereka yang tanpa batas telah berhasil mengubah dunia. Para sahabat Rasulullah memiliki karakter dinamis yang sulit kita bayangkan. Sikap dinamis yang langka kita dapatkan dalam langkah-langkah pasti perjuangan mereka. Mereka adalah sosok-sosok trengginas yang senantiasa siap melakukan pembelaan terhadap agama Allah yang karenanya dalam jangka waktu sangat singkat Islam yang damai tersebar di penjuru dunia melalui tangan-tangan mereka.
Semangat memenangkan nilai-nilai kebenaran yang demikian lekat dalam jiwa mereka menjadikan mereka tanpa henti memompa dinamisme dirinya untuk membumikan nilai-nilai itu di mana saja dan pada siapa saja. Bagi mereka perjuangan adalah keringat, darah, air mata dan mungkin derita
Semangat menebarkan nilai-nilai kebenaran dan usaha penegakan keadilan dan membumikan rahmatlah yang menjadikan mereka bergerak laksana singa, mendobrak tembok-tembok kezhaliman, menggusur tirani-tirani dan kemungkaran. Tangan-tangan mereka adalah tangan-tangan cekatan yang rindu perubahan, pikiran-pikiran mereka adalah pikiran yang tercerahkan yang mengidealkan keadilan menjadi pemenang. Hati mereka jernih laksana pualam yang tidak bisa menerima kekotoran. Seluruh organ tubuh mereka siap beraksi untuk sebuah kejayaan. Dinamisme mereka tak mengenal kata henti.
Meminjam ungkapan Malik bin Nabi, seorang pemikir garda depan Al-Jazair, semangat juang para sahabat itu benar-benar diliputi dengan hati yang jernih yang mengendalikan akalnya sehingga mereka mampu membangun peradaban baru yang tiada cela. Semangat (hamasah) dinamis mereka bukan dikendalikan akal sehingga mereka tidak pernah membual dan menebar janji-janji yang tidak pernah ditepati. Ucapan mereka senantiasa lurus, perilaku mereka menjadi magnet yang menarik banyak manusia senang untuk senantiasa bersamanya. Taburan nilai langit yang mampu mereka bumikan telah menjadi magnet banyak orang untuk tertarik menganut Islam, dengan suka reka tanpa ada paksaan.
Di zaman ini manusia-manusia jujur dan penuh dedikasi pada nilai-nilai menjadi barang langka dan tidak diminati. Semangat menebarkan keadilan, kejujuran, kearifan, amanah, tanggung jawab menjadi hanya sebatas wacana dan hanya tertera di kertas-kertas bermeterai. Ada semacam kehampaan demikian dahsyat yang melanda sekian banyak lapis manusia :politikus, ekonom, budayawan, pendidik dan bahkan mungkin juga agamawan. Ada semacam kegamangan bagaimana menggulirkan nilai-nilai samawi itu menjadi sebuah realita di alam nyata. Tantangan untuk membumikan nilai-nilai itu demikian berlapis : ada tantangan budaya, ekonomi, tradisi, politik dan lainnya.
Kini saatnya kader-kader dakwah harus menerobos tembok-tembok tantangan itu dan menjelmakannya menjadi peluang. Semangat untuk mengubah dari sesuatu yang jelek pada yang baik, dari yang baik pada yang lebih baik, dari yang lebih baik pada yang terbaik.
Kemampuan kita mengelola tantangan menjadi peluang akan melahirkan generasi-generasi yang tercerahkan (al-jail al-munawwar). Kader-kader dakwah yang dinamis –meminjam Arnold J. Toynbee dalam Study of History—akan mampu merespon tantangan menjadi sebuah kekuatan besar yang melahirkan karya-karya emas peradaban dan diabadikan sejarah. Sejarah membuktikan bahwa peradaban-peradaban yang hingga kini bias survive dan bertahan adalah peradaban yang dalam dirinya memang ada kemampuan merespon tantangan (challenge and respond). Saya yakin bahwa setiap kader dakwah memiliki daya yang kuat untuk mengelola tantangan itu menjadi sebuah peluang.
Dalam Pilkada yang kini sedang marak-maraknya kita geluti, ada harapan besar agar kader dakwah dinamis, inovatif, kreatif dan realistis melihat dan mengelola tantangan itu. Kader dakwah yang dinamis akan mampu menjadi mesin penggerak bagi usaha-usaha memenangkan nilai-nilai samawi yang kemudian lahir dari tangan-tangan kreatif para kader.
Peran kita sedang ditunggu dan kita bertekad memuaskan mereka dengan peran-peran dinamis kita semua. Sekali kita bertekad, dengan tawakkal kita berangkat. Faidza ‘azamta fatawakkal ‘ala al-Allah.

Mutsaqqaf


Mutsaqqaf
Oleh Samson Rahman

Karakter yang seharusnya mengalir deras dalam jiwa pada aktivis dakwah, para murabbi, muwajjih, mua’allim, kiyai, guru, ustadz kaum muslimin secara umum adalah hendaknya mereka menjadi orang-orang yang mutsaqqaf. Yang mungkin bisa kita artikan orang-orang yang berbudaya, berperadaban, berpengetahuan luas, perpandangan mendalam dan memiliki ilmu yang luas dan cakrawala budaya yang mengufuk dan pikiran yang tercerahkan dan mencerahkan. Karakter ini menjadi demikian penting sebab pilar-pilar tegaknya peradaban manusia sangat tergantung pada manusia-manusia yang tercerahkan dan mencerahkan ini.
Arsitek pembangunan peradaban Islam di masa silam memiliki cakrawala peradaban yang kokoh dan kukuh, memiliki tiang penyanggah budaya yang ajeg. Mereka membangun pondasi peradabannya dengan ilmu dan amal, dengan iman dan pikiran. Spirit memburu pengetahuan, membangun peradaban dan budaya yang mengaliri nafas gerak merekalah yang membuat kaum muslimin menjadi guru peradaban dunia, dan menjadi kiblat mereka. Dunia merasa berhutang budi pada generasi-generasi Islam yang tercerahkan dan mencerahkan itu. Bahkan tak ada sepetak tanahpun yang tidak mencicipi ranum manisnya menu ilmu pengetahuan yang disajikan kaum muslimin yang mutsaqqaf tadi di panggung peradaban dunia. Sebelum renaisans muncul di Eropa dan menggemparkan dunia, dunia Islam dengan manusia-manusia terpelajarnya telah mampu memanggungkan orkestra paling indah dan mengagumkan dunia. Mereka memiliki semangat menuntut ilmu yang extra-ordinary, semangat ekploratif yang sulit dikata.
Semangat tinggi inilah yang membuat Eropa berguru. Apa yang dikatakan oleh Dr. Briffault dalam bukunya The Making of Humanity yang sangat mengagumkan menyebutkan : It is highly probable that but for the Arabs modern European civilization would never have arisen at all. Sebuah pengakuan bahwa tanpa peradaban Islam yang maju mungkin hingga kini Eropa masih tengkurap dalam masa kegelapan yang menggelapkan hati dan pikiran mereka.
Kita memang tidak seharusnya terlalu larut dengan masa lalu yang indah dan penuh pesona, dengan kejayaan masa silam yang telah menjadi bagian dari sejarah, masa silam yang telah menjadi legenda. Kita memang tidak boleh membanggakan nenek moyang kita yang telah berkalang tanah walaupun kita tetap harus senantiasa menghormati dan mengenang jasa-jasanya. Kita hidup di hari ini dengan problema dan masalah hari ini. Masa lalu telah berlalu, masa depan menanti kita dan kita harus sibuk dengan aktivitas di hari ini. Kenanglah masa lalu hanya sebagai kenangan dan rancanglah masa depan sebagai rancangan namun kita hidup di hari ini dan detik serta menit ini.
Dan manusia hari sangat membuat orang-orang yang mutsaqqaf dengan sekian ilmu yang bisa dia kuasai, dengan sejumlah pengetahuan yang harus dimengerti. Zaman modern membutuhkan sosok ilmuan-cendikia, dan ulama-amilin yang menarik gerbong peradaban dunia dengan ilmu dan amal, dengan hati dan pikiran.
Saat saya akan menulis tulisan ini saya sempat mencari-cari sebuah buku yang pernah menyadarkan saya akan betapa pentingnya tsaqafah bagi seorang dai yang ditulis oleh seorang ulama level dunia, Yusuf Al-Qardhawi, yang berjudul Tsaqafat al-Da’iyah. Buku ini memaparkan dengan sangat rinci apa saja amunisi ilmu yang harus dimiliki oleh seorang dai.
Al-Qardhawi menegaskan bahwa sangat tidak layak bagi seorang dai untuk tidak memiliki ilmu tentang Al-Quran dan tafsirnya yang mengantarkannya pada pengetahuan bahwa Al-Quran memiliki kemukjizatan yang tanpi tanding, dia abadi, universal. Seorang dai yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang Al-Quran dan tafsir akan gampang melihat kebenaran dan kebatilan. Seorang dai juga seharusnya tahu banyak tentang sunnah Rasulullah dalam kedudukannya sebagai penjelasan dari Al-Quran yang mulia. Penyakit yang mungkin banyak menimpa kalangan dai-muballigh adalah minimnya pengetahuan mereka tentang dua sumber utama Islam ini namun memiliki semangat menyampaikan yang sangat tinggi. Sehingga yang muncul adalah para dai dengan amunisi yang “itu-itu saja” saja, dengan dalil-dalil dari Al-Quran yang tidak pernah bertambah. Namun dia sibuk ke sana kemari dengan ilmu yang sangat terbatas namun dengan semangat yang menggebu-gebu. Dai semacam ini lebih banyak mengeluarkan daripada memasukkan, sehingga mata air ilmunya suatu saat akan terasa kering dan tidak menyegarkan.
Seorang dai yang sebenarnya pasti tahu bahwa dirinya adalah sinar yang diharapkan, dia adalah dian yang dinantikan. Akan menjadi sangat riskan jika sinar dan cahaya yang dinantikan itu ternyata “redup” di dalam dan tak mampu tumbuh subur secara internal. Dai yang minim pengetahuannya tentang Al-Quran dan sunnah akan menjelma menjadi dai-dai entertainment yang kering dari nuansa rabbani. Dai-dai yang tidak menguasai hadits Nabi akan bicara dengan menggunakan dalil-dalil akal yang setiap orang juga bisa mengatakan. Dua kunci inilah yang seharusnya dimiliki oleh para dai agar dakwah benar-benar dakwah dan bukan “obrolan” tanpa landasan.
Setelah dia hal ini dikuasai dengan baik, maka tak apalah beranjak ke bidang fikih, ushul fikih, tasawwuf dan sejarah.
Di samping itu juga hendaknya dia menguasai ilmu bahasa dan sastra agar cara berucapnya menjadi indah dan penuh pesona. Seorang dai dengan “gizi”sastra yang buruk akan sulit menarik para pendengarnya untuk bisa hanyut dalam dakwah-dakwahnya.
Jangan lupa bahwa seorang dai adalah orang yang paling sering berhadapan dengan manusia maka adalah kewajiban dia untuk tahu ilmu humaniora sehingga apa yang dia bicarakan menyentuh masalah-masalah yang mereka hadapi. Makanya, seorang dai harus bisa ilmu jiwa, harus mengerti sosiologi, jangan lupa pula mengerti filsafat, ilmu akhlak.
Dan yang sangat penting seorang dai harus mengerti “map” realitas dunia saat ini. Dia harus mengerti realitas kaum muslimin, kekuatan dunia yang pro dan anti Islam, realitas agama-agama dunia, aliran-aliran politik yang kini sedang manggung di panggung dunia, kondisi gerakan-gerakan Islam kontemporer dan gerakan-gerakan yang memusuhi serta menghambat gerakan Islam juga gerakan-gerakan sempalan yang merusak citra Islam dan kondisi regional.
Seorang dai diharapkan menjadi “semi-ensiklopedi” berjalan yang mampu memberikan jawaban-jawaban, minimal instan, terhadap masalah-masalah umat ini. Dan itu tidak bisa tidak harus dilakukan dengan tatsqif dzati yang terus menerus sehingga kemudian menjadikannya seorang yang mutsaqqaf. Jangan lagi ada dai dengan semangat tinggi namun miskin amunisi, karena dai semacam ini lebih banyak bahayanya daripada mamfaatnya.

LAA TAHZAN



La Tahzan : Inspiratif dan Solutif
Sepercik dari Kandungan Buku La Tahzan
Oleh Samson Rahman

La Tahzan (لاتحزن) adalah sebuah buku self help atau buku how too pertama yang ditulis dan diterima masyarakat muslim secara demikian menggugah, penuh inspirasi dan solusi. Ditulis dengan gaya penulisan new-klasik oleh seorang ahli hadits yang hafal Al-Quran tiga puluh juz, hafal 5000 hadits dan 1000 syair klasik maupun modern. Aid Al-Qarni, penulis buku ini adalah seorang penceramah dengan latar belakang akademis yang sangat bagus. Dia seorang doktor dalam bidang ilmu hadits dari Universitas Imam Ibnu Saud, Saudi Arabia.
Sejak buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2001 oleh Penerbit Ibnu Hazm Beirut, selama dua tahun menjadi buku best seller yang tak terkalahkan. Buku ini telah terjual lebih dari sejuta eksemplar sejak diterbitkannya di Timur Tengah. Dan telah diterbitkan ke dalam berbagai bahasa, diantaranya ke dalam bahasa Inggris dengan judul Don’t be Sad.
Untuk kasus Indonesia, buku La Tahzan tak kalah serunya dalam menyerap pembeli dan sekaligus pembaca. Sejak diterbitkannya oleh Qisthi Press pada bulan September 2003 dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama La Tahzan buku ini juga menjadi buku paling laris dan telah dicetak ulang lebih dari tiga puluh sembilan kali. Bahkan bukan itu saja, buku ini telah dicetak oleh berbagai penerbit setelah muncul terbitannya oleh Qisthi Press dan setelah penerbit lain tahu bahwa buku ini telah melumat-lumat emosi dan gairah motivasi publik pembacanya. Sampai saat ini minimal yang saya ketahui ada empat penerbit lain yang menerbitkan buku yang sama: IBS Bandung, Maghfirah Pustaka Jakarta, At-Tibyan Solo, Sahara Jakarta. Sebuah persaingan yang sebenarnya kurang “enerjik” dalam penyajian buku kepada publik.
Buku ini berhasil menggugah dan mendapat respon besar karena telah berhasil memformat beberapa sari pati dari berbagai pandangan penulis yang dia gabung dalam satu buku dan menjelma menjadi karya tulisnya sendiri. Penulusuran yang mampu saya lakukan untuk mencari akar dari mana Al-Qarni mengambil inpirasi tulisan-tulisannya, ternyata saya dapatkan dari buku-buku berpengaruh di zamannya. Buku yang menjadi ilham bentuk penulisan Al-Qarni yang dalam pandangan saya amat mewarnai tulisannya dalam buku La Tahzan ini adalah buku Shaidul Khathir yang ditulis oleh Ibnul Jauzi dan buku Al-Faraj Ba’da Syiddah karya At-Tanukhi, untuk karya ulama klasik. Sementara buku modern yang sangat mewarnai dan menjadi inspirasi utama tulisan-tulisannya dalam buku ini adalah buku seorang penulis dan trainer terkemuka Amerika, Dale Carnegie yang berjudul How to Stop Worrying and Start Living. Tiga buku inilah yang sangat dominan mewarnai buku La Tahzan ini.
Karakter buku La Tahzan tidak dilahirkan untuk sebuah pelatihan sebagaimana buku Dale Carnegie, yang harus runut membacanya dari awal baru kemudian pindah pada bab selanjutnya, layaknya buku-buku pelatihan pada umumnya. La Tahzan ditulis dengan cara yang sangat simple, mudah dibaca, gampang dicerna dan dipahami oleh lapis masyarakat pembaca manapun. Tua-muda, terpelajar, mahasiswa, anak anak muda atau orang biasa. Laki atau perempuan. Tulisan-tulisan yang ada di dalamnya kebanyakan berupa artikel pendek, bahkan beberapa tulisannya yang sangat pendek. Namun karakter inilah yang kemudian membuat buku ini menjadi “berbeda”, spesifik dan pionir. La Tahzan mengajak pembacanya untuk tidak mesti membacanya dari awal baru kemudian pindah ke halaman berikutnya untuk bisa mengerti buku ini secara seksama. Tidak demikian. Pembacanya disuguhi “menu-menu swalayan” yang bisa diambil dan dibuka dimana saja dari tulisan-tulisan yang ada itu. Ini menjadi sebuah fenomena menarik karena pembaca akan senantiasa enjoy dan nikmat tanpa harus didoktrin untuk membaca sejak awal. Buka halaman mana saja dan Anda, para pembaca. akan disuguhi menu segar-inspirasi dan solusi.
Lalu apa sebenarnya yang membuat isi buku La Tahzan ini menjadi menarik. Menurut saya, sebagaimana disebutkan Al-Qarni, buku ini menjadi menarik karena ia dihadirkan untuk mencari kebahagiaan, melahirkan ketenangan, menyuguhkan kelapangan hati, membuka pintu-pintu optimisme, menyingkirkan kegundahan dan kesulitan serta membangun masa depan dengan kerja optimal di hari ini. Ya, hari ini. Buku ini berusaha untuk mengetuk pintu hati untuk senantiasa ingat rahmat dan ampunan Allah, menumbuhkan sifat-sifat baik di dalam jiwa, dan menyingkirkan sifat-sifat yang merusak kebahagiaan manusia.
Buku ini menjadi menarik karena didasari dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah yang selaras dengan tema bahasan, penuh tamsil yang indah, kisah-kisah yang syarat ibrah serta syair-syair yang kuat bernilai. Selain itu buku ini mengandung kutipan dari para sastrawan, para bijak bestari dari semua lapis zaman yang kemudian diramu indah oleh Al-Qarni. Ada cuplikan-cuplikan dari pengalaman beberapa orang yang menemukan kebahagiaan setelah mereka mampu bersikap positif dan hunuzh zhan dalam kehidupan ini.
Menariknya, kutipan itu bukan hanya dari kalangan muslim, namun juga dari kalangan non-muslim.
Buku ini adalah “ramuan” renyah tentang kimia kebahagiaan yang dihadirkan dengan cara paling sederhana, gampang dimengerti dan mudah dipraktekkan. Ramuan-ramuan dalam buku ini akan mengubah sikap kita tentang bagaimana mencapai dan menggapai bahagia melalui konsep-konsep Al-Quran, pandangan-pandangan Nabi, doa-doa yang mesti dipanjatkan.
Buku ini akan mengubah sikap kita akan makna bahagia yang selama ini mungkin salah dimengerti oleh sekian banyak orang. Yakni bahwa bahagia itu bisa didapat hanya melalui limpahan harta, bangunan megah dan tahta. Atau hanya dengan cara mengasingkan diri, tidak peduli pada dunia, anti-sosial dan asketisme. Kebahagiaan itu tidak akan ditemukan dari salah satunya, namun dia bisa didapatkan melalui keduanya dengan senantiasa mengendalikan kehidupan dunia untuk kepentingan akhirat. Menjadikan dunia sebagai sarana ibadah dan akhirat sebagai tempat tujuan.
La Tahzan akan mengikis kesedihan kita karena kita sadar bahwa sedih bukanlah solusi dalam hidup ini. Tak ada yang bisa diperoleh dari kesedihan selain merusak sikap mental kita, melemahkan spirit kerja kita, menjadikan kita menoleh ke masa lalu , lupa bekerja untuk hari ini dan menghambat kecemerlangan hari esok. Dalam sedih yang berlarut-larut juga akan membunuh potensi kreatif kita, mematikan enerji inovatif kita.
Bagi yang tidak ingin berlama-lama dan ingin membaca dengan instans isi dan kesimpulan maka bagian terakhir dari buku ini sangat membantu untuk mendongkrak semangat pencarian kita terhadap kebahagiaan hakiki. Bagian akhir yang merupakan kesimpulan dari buku ini memberikan wejangan-wejangan singkat, penuh nash dan sarat makna. Selamat mencoba.

Jumat, 22 Mei 2009

Karena Aku Mencinta Wanita

Oleh : Samson Rahman
Penerjemah Laa Tahzan Ayah Empat Anak

Malam menjelang larut. Saya sudah berbaring di kasur untuk segera tidur. Namun tiba-tiba isteriku memberikan map besar berwarna hitam yang tidak saya ketahui apa isinya. Saya bilang padanya biar besok saja dibukanya. Namun dengan manja dan setengah memaksa dia meminta agar map itu segera dibuka. Saya curiga, pasti ada yang sangat istimewa.
Karena aku mencintai wanita, maka segera aku membuka map hitam itu dengan sedikit berdebar. Isteri saya diam. Mungkin dia berdebar menunggu komentar apa yang akan muncul dari mulut saya yang biasanya suka meledeknya jika dia berbuat yang aneh-aneh. Saya buka halaman pertama. Saya terhentak. Ada tulisan besar-besar di kertas berwarna pink dalam bahasa Inggris berbunyi “To Remind Memorable Daya and Unforgotable Moments we Passed.” Yang kemudian di bawahnya dia tambahan dengan tulisan kecil “who love you so much.”
Ada pesan indah dari tulisan itu. Isteriku mencintaiku dengan sepenuh jiwa. Dengan segenap raga. Dengan segenap pikiran dan hatinya. Aku demikian gembira dan demikian lega. Kulirik isteriku. Tapi dia diam membisu. Hanya saya rasa bibirnya sedang menahan senyum indahnya tatkala saya membuka halaman pertama. Saya lanjutkan pada halaman kedua. Isinya lebih mengejutkan lagi,”My Lord, Unite our Love till hereafter, tie our heart with your love” yang kemudian dikhiri dengan “your poor slave”. Doa tulus pada Allah dia mohon agar cinta kita abadi. Cinta yang diikat oleh asmara karena Allah dan hati yang diikat oleh “cinta” Allah.
“Wonderfull. Syukron. Thank you. Syukriyah”, kataku setengah teriak. Namun isteriku segera menyilangkan jari di mulutnya. Saya paham dia menyuruhku bersuara pelan karena malam telah larut. Isteriku mulai tersenyum ada rona puas yang memancar dari wajahnya karena saya sangat apresiatif pada apa yang dia tulis. Pipinya merona merah.
Pada halaman ketiga dia selipkan surat undangan sederhana pernikahan kami yang akad dan resepsinya berlangsung pada tanggal 5 Juli 1997 dan 6 Juli 1997.
Halaman-halaman selanjutnya berisi kumpulan surat yang pernah saya kirimkan saat saya tinggalkan dia selama 2 tahun ke Pakistan untuk melanjutkan studi S2 di International Islamic Universtity Islamabad. Surat-surat itu demikian rapi dia bungkus dalam plastik-plastik map itu. Saya buka satu-satu. Ternyata semua surat yang saya kirim tidak ada yang dilewatkan. Sejak tahun pertama tiba di Pakistan sampai surat terakhir sebelum saya pulang ke Indonesia.
Ada dua hal paling menarik dari isi map. Pertama, selipan kata-kata mutiara yang isteri saya tuliskan di sela-sela surat itu. Semuanya berisikan keinginannya agar cinta kami padu. Kedua beberapa puisi “cinta” yang sengaja saya tulis untuk isteriku. Kata-kata mutiara yang dia tulis dalam bahasa Inggris itu mengandung motivasi yang membakar semangat cinta saya untuk senantiasa setiasa pada isteri saya, untuk senantiasa mencintainya : tanpa titik. Dia menginginkan senantiasa bersama saya dan saya menginginkan senantiasa bersamanya : Together Forever.
Ini bisa saya serap dari ungkapan-ungkapannya,”The Only Sweet Heart is here—SR. SR adalah inisial nama saya, Samson Rahman. You Are Always My Matter...Never Ended Love is Just For Your...Your Are My Everything...I am Nothing Without You... No One can be in my Heart but You... No Doubt You are My Hero.. Kak Son? Sure!! Ungkapan cinta yang bagi saya sangat luar biasa. Ungkapan kesetiaan yang btiada ternilai nilai dan harganya. Menggugah, membakar semangat saya. Meledakkan cinta saya.
Itu semua terjadi karena aku memang mencinta wanita. Saya mencintai isteriku dengan setulus jiwa. Bagiku dia adalah mutiara yang harus terjaga gemerlapnya. Dia adalah motivatorku dan bahkan menjadi guruku. Tatkala aku lupa dia yang mengingatkan, tatkala semangatku melemah dia yang membangkitkan. Tatkala bacaan Al-Quran saya melemah dia senantiasa memperdengarkan bacaan-bacaannya yang indah di dekatku yang sambil tiduran. Tatkala qiyamul lail saya melembek dia pula yang mengingatkan bukan dengan ucapan tapi dia lebih dahulu yang melakukan. Semangat to be together forever di dunia dan dia akhirat demikian aku rasakan dalam ritme pengabdian pada Allah, Tuhan semesta alam. Dia adalah patner hidupku dan bukan subordonasiku. Dia sejajar di hadapan Tuhan sebagai hamba-Nya dengan tugas-tugas yang mungkin berbeda dengan saya, sebagai suaminya.
Ita Maulidha, demikianlah nama isteri saya. Seorang isteri yang saya nikahi tanpa istikharah, karena begitu melihat pertama kali saya merasa tenang untuk segera menikah dengannya. Saya yakin bahwa thuma’ninah yang menjalar dalam hati saya adalah karunia Allah juga. Saya melihat hanya sekali, esok harinya ta’aruf, keesokannya meminang dan dua minggu setelah itu menikah.
Saya lakukan itu semua karena saya mencita wanita. Saya tidak ingin membuat wanita lama-lama menunggu dalam ketidakpastian pasangan hidupnya. Apa lagi jika diantara keduanya sudah ada benih cinta. Pacaran sering kali lebih banyak membuat wanita dilanda penyesalan daripada mengantarkan pada mahligai kebahagiaan. Pihak wanitalah yang sering menjadi korban. Karena banyak lelaki yang “tidak mencintai wanita” namun dia kerasukan asmara.
Diantara puisi yang ada dalam map itu berujudul :
Puisi untuk Isteriku
Isteriku,
Jika malam-malammu hadir tanpa hadirku
Hadirkanlan aku di relung terdalam kalbumu
Jika hari-harimu sepi tanpa hadirku
Ramainkanlah dengan kenangan manis yang lalu
Jika nafasmu tersengal tanpa hadirku
Legakanlah dengan isak tangis buat Tuhanmu
Jika kobaran rindumu membubung
Api rindumu berkobar
Kita kan segera gembira menyatu
Jika jerit jiwa mulai melengking
Sabarkalah dirimu bersama Al-Quran
Isteriku,
Anak-anak cinta kita akan selalu tumbuh dan mekar
Bersama waktu yang semakin memanjang
Islamabad, 4 Juni 1998
Karena aku mencinta wanita. Kutulis ini semua. Saya yakin sabda nabi bahwa sebaik-baik kekayaan adalah wanita salehah dan saya telah memilikinya.

Rangkasbitung, 3 September 2007