Jumat, 29 Mei 2009

Dinamis tak Kenal Henti


Dinamis tak Kenal Henti
Oleh Samson Rahman

Hidup ini adalah dinamika. Bergerak dan terus bergerak. Sebab hidup itu sendiri adalah gerak. Tak bergerak berarti mati. Kehidupan membutuhkan gerakan-gerakan dinamis tanpa henti, tak kenal tempat dan waktu. Bahkan Allah dengan gamblang menyatakan pada kita bahwa Dia tidak akan pernah mengubah nasib sebuah kaum yang di dalamnya tidak ada dinamika perubahan dan tidak ada gerak perubahan yang terus menerus. Dinamika adalah sebuah kepastian dan tanpanya kehidupan menuju lubang kematian.
Dinamismelah yang menjamin sebuah keberhasilan dan statismelah yang mengakibatkan kehancuran. Dinamisme muncul dari adanya semangat tinggi untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Semangat untuk menyumbangkan pengabdian pada manusia dalam segala dimensinya. Semangat tinggi (himmah ‘aliyah) lah yang merombak cara pikir manusia dalam menyikapi kehidupan. Merombak sikap malas menjadi sikap rajin, sikap lambat menjadi sikap cepat, sikap lembek menjadi sikap penuh vitalitas, pikiran rancu menjadi jernih dan sistematis.


Dalam rentang sejarah kaum muslimin yang panjang dinamisme sikap mereka yang tanpa batas telah berhasil mengubah dunia. Para sahabat Rasulullah memiliki karakter dinamis yang sulit kita bayangkan. Sikap dinamis yang langka kita dapatkan dalam langkah-langkah pasti perjuangan mereka. Mereka adalah sosok-sosok trengginas yang senantiasa siap melakukan pembelaan terhadap agama Allah yang karenanya dalam jangka waktu sangat singkat Islam yang damai tersebar di penjuru dunia melalui tangan-tangan mereka.
Semangat memenangkan nilai-nilai kebenaran yang demikian lekat dalam jiwa mereka menjadikan mereka tanpa henti memompa dinamisme dirinya untuk membumikan nilai-nilai itu di mana saja dan pada siapa saja. Bagi mereka perjuangan adalah keringat, darah, air mata dan mungkin derita
Semangat menebarkan nilai-nilai kebenaran dan usaha penegakan keadilan dan membumikan rahmatlah yang menjadikan mereka bergerak laksana singa, mendobrak tembok-tembok kezhaliman, menggusur tirani-tirani dan kemungkaran. Tangan-tangan mereka adalah tangan-tangan cekatan yang rindu perubahan, pikiran-pikiran mereka adalah pikiran yang tercerahkan yang mengidealkan keadilan menjadi pemenang. Hati mereka jernih laksana pualam yang tidak bisa menerima kekotoran. Seluruh organ tubuh mereka siap beraksi untuk sebuah kejayaan. Dinamisme mereka tak mengenal kata henti.
Meminjam ungkapan Malik bin Nabi, seorang pemikir garda depan Al-Jazair, semangat juang para sahabat itu benar-benar diliputi dengan hati yang jernih yang mengendalikan akalnya sehingga mereka mampu membangun peradaban baru yang tiada cela. Semangat (hamasah) dinamis mereka bukan dikendalikan akal sehingga mereka tidak pernah membual dan menebar janji-janji yang tidak pernah ditepati. Ucapan mereka senantiasa lurus, perilaku mereka menjadi magnet yang menarik banyak manusia senang untuk senantiasa bersamanya. Taburan nilai langit yang mampu mereka bumikan telah menjadi magnet banyak orang untuk tertarik menganut Islam, dengan suka reka tanpa ada paksaan.
Di zaman ini manusia-manusia jujur dan penuh dedikasi pada nilai-nilai menjadi barang langka dan tidak diminati. Semangat menebarkan keadilan, kejujuran, kearifan, amanah, tanggung jawab menjadi hanya sebatas wacana dan hanya tertera di kertas-kertas bermeterai. Ada semacam kehampaan demikian dahsyat yang melanda sekian banyak lapis manusia :politikus, ekonom, budayawan, pendidik dan bahkan mungkin juga agamawan. Ada semacam kegamangan bagaimana menggulirkan nilai-nilai samawi itu menjadi sebuah realita di alam nyata. Tantangan untuk membumikan nilai-nilai itu demikian berlapis : ada tantangan budaya, ekonomi, tradisi, politik dan lainnya.
Kini saatnya kader-kader dakwah harus menerobos tembok-tembok tantangan itu dan menjelmakannya menjadi peluang. Semangat untuk mengubah dari sesuatu yang jelek pada yang baik, dari yang baik pada yang lebih baik, dari yang lebih baik pada yang terbaik.
Kemampuan kita mengelola tantangan menjadi peluang akan melahirkan generasi-generasi yang tercerahkan (al-jail al-munawwar). Kader-kader dakwah yang dinamis –meminjam Arnold J. Toynbee dalam Study of History—akan mampu merespon tantangan menjadi sebuah kekuatan besar yang melahirkan karya-karya emas peradaban dan diabadikan sejarah. Sejarah membuktikan bahwa peradaban-peradaban yang hingga kini bias survive dan bertahan adalah peradaban yang dalam dirinya memang ada kemampuan merespon tantangan (challenge and respond). Saya yakin bahwa setiap kader dakwah memiliki daya yang kuat untuk mengelola tantangan itu menjadi sebuah peluang.
Dalam Pilkada yang kini sedang marak-maraknya kita geluti, ada harapan besar agar kader dakwah dinamis, inovatif, kreatif dan realistis melihat dan mengelola tantangan itu. Kader dakwah yang dinamis akan mampu menjadi mesin penggerak bagi usaha-usaha memenangkan nilai-nilai samawi yang kemudian lahir dari tangan-tangan kreatif para kader.
Peran kita sedang ditunggu dan kita bertekad memuaskan mereka dengan peran-peran dinamis kita semua. Sekali kita bertekad, dengan tawakkal kita berangkat. Faidza ‘azamta fatawakkal ‘ala al-Allah.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda